Setelah Menikah

Setelah menikah, itulah awal manusia akan disuguhkan dengan rentetan keharuan. Keharuan adalah perpaduan antara tangis dan bahagia. Peristiwa itu barangkali dimulai dengan lahirnya seorang bayi. Manusia yang menikah ini akan gegap gempita menyambut buah hatinya ke dunia. Tidak saja mereka, ada kakek, nenek, karib kerabat, dan tetangganya turut bahagia dengan hadirnya si manusia baru.

Keharuan berikutnya adalah saat anak beranjak tumbuh memasuki usia sekolah. Kelas TK misalnya. Memandikannya pagi itu, lalu mengenakan seragam sekolahnya, menjadi pengalaman terbaik bagi orang tua. Dalam hati kala itu mungkin mereka bergumam "Aku bangga padamu" sembari lirih berlari ke kamar atau ke dapur, memilih jeda untuk sekadar mengusap air mata bahagianya. Begitu seterusnya hingga SD, SMP, SMA, dan PT.

Sampai pada akhirnya sang anak beranjak matang dengan pilihan hidupnya untuk menikah. Saat itulah, orang tua tak mampu lagi sembunyi menutupi air matanya. Tak akan bisa ke mana lagi untuk mencari tempat untuk menghapus tangisnya. Semuanya lepas kala itu. Segala memori saat melahirkan hingga perjalanan hidup, baik suka maupun duka dengan sang anak, bergelayut di ingatannya. Orang tua harus mengikhlaskan demi meraih keharuannya pula.

 


Perkara Rezeki

 Rezeki itu pemberian, bukan perkara tanding-tandingan.

-Fz-

Dosa dan Pahala

Manusia mudah terjerumus dalam perbuatan dosa, tetapi manusia juga difasilitasi dengan amalan pahala yang tak hingga.

Hafizul Ahda

"Orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa"

"Orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa"

Sepintas, kalimat di atas kerap kita dengar dalam kehidupan. Namun, kalimat tersebut tidak sepenuhnya tepat. Tidak semua bidang kehidupan ini disandarkan pada gagasan ini. Contoh, ada orang yang pada usia dewasanya belum bisa mengendarai sepeda motor. Ada juga orang yang belum pernah merasakan nikmatnya naik pesawat terbang. Lalu ada juga orang yang belum bisa menyambung kabel listrik, dst. Apakah itu salah? jawabannya sangat tentu tidak salah.

Percayalah bahwa setiap manusia itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Artinya, mereka yang punya kelebihan harus membantu orang yang mempunyai kekurangan. Begitupun sebaliknya, yang punya kelebihan tidak selalu utuh punya kelebihan. Kekurangannya juga pasti ada. Dengan kata lain, masing-masing manusia harus saling melengkapi, bukan saling mengitimidasi.

Jadi, sekali lagi, tidak ada yang salah apabila kita tidak tahu atau mahir terhadap sesuatu. Yang penting terus belajar dan berlapang dada dalam bersikap.


Doa (2)



Memintalah kepada Allah karena Allah senang dipinta

Doa adalah semacam kendaraan yang mengantarkan harapan manusia. Tidak hanya untuk kebutuhan individu, tetapi ada baiknya juga berdoa untuk orang lain. Sebab ada keuntungan  dibalik mendoakan orang lain tersebut. Berikut beberapa kebaikannya:

  1.  Sekaligus mendoakan diri sendiri
  2.  Sebab dikabulkannya doa-doa selanjutnya
  3. Mengasah empati
  4. Juga akan didoakan orang lain
  5. Menimbulkan efek penenang

Demikanlah semoga penjelasan ini sedikit menambah pengetahuan kita bersama. Mudah-mudahan kita menjadi orang tidak pernah absen untuk berdoa. Aamiin.

26/11/2014

Pertanyaan Si Miskin, Kaya, dan Pejabat



Ada semacam pertanyaan golongan manusia bila itu dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan atau status sosialnya. Contohnya kalimat tanya yang berikut ini. 

Si Miskin
: Apa yang mau dimakan besok?

Artinya si miskin belum tentu bisa makan pada esok hari. Belum ada jaminan bagi mereka apakah bisa memenuhi kebutuhan perutnya hari ini, esok, ataupun lusa. Hal ini disebabkan keadaan ekonomi yang benar-benar sulit.

Si Kaya 
: Dimana mau makan besok?

Maksudnya si  kaya mengalami kebingungan, tempat mana lagi yang akan dikunjungi untuk makan. Soalnya hampir semua restoran, cafe atau rumah makan yang sudah didatangi.Hal ini dikarenakan keuangannya yang berlimpah sehingga saat ingin makan selalu di luar rumah.

Si Pejabat
: Siapa yang akan dimakan besok?

Dengan kata lain, si pejabat hidup dengan pola kanibal. Mereka bisa makan bila harus mengorbankan orang lain terlebih dahulu bahkan mereka bisa memuaskan hasrat gaya hidupnya sehari-hari.

Itulah sedikit simpulan mengenai tiga kelompok oknum manusia di dunia ini.
Menurut Anda apakah ada lagi golongan tertentu yang dapat direpresentasikan dalam bentuk pertanyaan?

13/11/2014
               
               
               

Tidak Cuci Tangan



Sekumpulan mahasiswa tengah makan di sebuah restoran ternama di kota padang. Di antara mereka masih ada yang gugup lantaran baru kali pertama masuk dan mencicipi makanan ala orang kaya tersebut. Maklum mahasiswa kan biasanya dalam memenuhi perutnya cukup dengan makan mie rebus atau beli nasi sayur saja plus rokok sebatang terus kenyang.

Makanan yang dihidangkan di restoran makannya pakai alat, yakni sendok, garpu, atau pisau. Nah ada salah seorang mahasiswa yang tidak biasa pakai alat makan tersebut. Ia begitu asing makan bila harus pakai sendok dan garpu.

“Ndak pueh wak rasonyo do,” begitu pengakuan Tambudin kepada temannya.

Tambudin pun langsung menyuap makanan yang telah tersaji. Cuma masalahnya ia tidak mencuci tangan terlebih dahulu ketika menyuap santapannya itu. Cukup dengan bismillah kemudian batutuah melumat segala yang ada di atas meja. Entah lapar atau memang lapar sekali si Tambudin ini.

Selang beberapa saat kemudian acara makan-makan pun selesai. Tambudin sebagai urutan pertama selesai. Kayaknya sistem lulur saja. Tidak ada istilah kunyah- mengunyah. Mungkin kalau bisa berbicara lambungnya, tentu akan keluar sumpah serapah kepada Tuannya karena harus kerja rodi setiap hari mencerna setiap makanan yang langsung dilulur sang Tuan.

Setelah makan ia pergi ke belakang. Kemudian ia kembali ke tempat duduk. Ia terlihat mengelap tangannya dengan kain lap yang ada di meja. Ternyata ia tidak mencuci tangannya lagi selepas makan.
Teman dekatnya yang tahu dengan perangai si tambudin pun heran.

“baa latona paja ko ko,” katanya dalam hati.

Kemudian bertanya, “hoi yuang baa ndak cuci tangan ang ko. Kumuah nah ang mah.”

Si Tambudin langsung melirik kiri kanan. Ia dekatkan kepalanya kepada temannya itu. Seraya memelankan suara ia berujar, “aden ndak tahu tempat cuci tangannyo do.”

“lah sudah wak.”

09/11/2014