Setelah Menikah

Setelah menikah, itulah awal manusia akan disuguhkan dengan rentetan keharuan. Keharuan adalah perpaduan antara tangis dan bahagia. Peristiwa itu barangkali dimulai dengan lahirnya seorang bayi. Manusia yang menikah ini akan gegap gempita menyambut buah hatinya ke dunia. Tidak saja mereka, ada kakek, nenek, karib kerabat, dan tetangganya turut bahagia dengan hadirnya si manusia baru.

Keharuan berikutnya adalah saat anak beranjak tumbuh memasuki usia sekolah. Kelas TK misalnya. Memandikannya pagi itu, lalu mengenakan seragam sekolahnya, menjadi pengalaman terbaik bagi orang tua. Dalam hati kala itu mungkin mereka bergumam "Aku bangga padamu" sembari lirih berlari ke kamar atau ke dapur, memilih jeda untuk sekadar mengusap air mata bahagianya. Begitu seterusnya hingga SD, SMP, SMA, dan PT.

Sampai pada akhirnya sang anak beranjak matang dengan pilihan hidupnya untuk menikah. Saat itulah, orang tua tak mampu lagi sembunyi menutupi air matanya. Tak akan bisa ke mana lagi untuk mencari tempat untuk menghapus tangisnya. Semuanya lepas kala itu. Segala memori saat melahirkan hingga perjalanan hidup, baik suka maupun duka dengan sang anak, bergelayut di ingatannya. Orang tua harus mengikhlaskan demi meraih keharuannya pula.

 


Perkara Rezeki

 Rezeki itu pemberian, bukan perkara tanding-tandingan.

-Fz-

Dosa dan Pahala

Manusia mudah terjerumus dalam perbuatan dosa, tetapi manusia juga difasilitasi dengan amalan pahala yang tak hingga.

Hafizul Ahda