Warna


Orang-orang tua kita dulu masih keliru dalam memberikan nama warna. Kuat dugaan penyebabnya adalah:
1) ketidaktahuannya akan istilah warna itu sendiri; 2)Kebiasaan yang sulit diubah, sudah menjadi turun-temurun.

Contoh:
Deskripsi Warna
Nama Warna Sebenarnya
Kuniang kunyik (kuning kunyit)
Oranye
Hijau taruang (hijau terong)
Ungu
Merah jambu
Pink/merah muda
Hijau
Biru
Air putih
Air bening

Khusus untuk deskripsi warna “Air Putih”, kekeliruan penamaannya tidak terbatas pada orang tua saja, tetapi semua kalangan menggunakan istilah itu hingga saat ini.




Perkara Menyusu


Dalam sebuah perjalanan dengan mobil pribadi, duduklah anak, menantu, dan sang bapak. Menantunya yang wanita, duduk di tengah. Dalam perjalanan yang cukup jauh, sang bapak yang sudah tua tampak lelah sekali. 

Akibatnya, tanpa sadar sang bapak bersandar di “dada” menantu. Melihat akan hal itu si anak pun membangunkan si bapak.

Selang beberapa menit berikutnya sang bapak kembali tertidur. Kali ini benar-benar di “dada inti” menantu. Si menantu hanya bisa diam karena segan dengan bapak mertuanya. Memerhatikan itu sekali lagi, sang anak geram dengan tabiat bapaknya sehingga ia pun membangunkan bapaknya sambil mendorong sedikit kasar bahu sang bapak.

Atas perlakuan anaknya tersebut, si bapak berkata dengan nada tinggi:
“waang sakali-sakali den manyusu ka bini ang, lah bantuak itu berang ang jo den. Wang dari ketek manyusu ke bini den dak baa jo den do...”

Anak dan menantu hanya diam, tapi geli dalam hati.

Kaji Buya dan Istri Muda


Di Pariaman, dalam ceramahnya, seorang buya atau ulama yang mengatakan pada jemaahnya bahwa melayani suami sama halnya dengan memerdekan seratus budak. Itulah besarnya pahala atau kebaikan yang didapatkan oleh seorang istri.

Di antara jemaahnya, ada seorang gadis yang mengena betul isi ceramah buya tersebut. Gadis itu pun suka dan ingin dinikahi oleh sang buya. Ia tidak peduli dengan usia yang terpaut jauh dengan orang yang menjadi calon suaminya kelak. Sebab kebetulan sang buya telah masuk usia uzur.

Singkat cerita menikahlah mereka. Malam pertama pun berjalan dengan indah. Teringat akan kaji dari sang buya, ia ingin sekali mendapatkan banyak pahala dengan melayani suami. Ia ingat betul bahwa sekali melayani suami berarti memerdekan seratus budak. Logikanya, dengan melayani suami beberapa kali, ia akan lebih banyak lagi memerdekakan budak.

Setelah berhubugan badan pertama, sang gadis pun membangunkan kembali suaminya pukul 12.00 pagi guna meneruskan niatnya tadi.  Sang buya yang pada dasarnya sudah tua tentu mengalami kesulitan, tapi dengan stamina yang dipaksakan akhirnya mengikuti juga keinginan sang istri.

Selesai, mereka pun tertidur kembali. Sang buya benar-benar kelelahan, habis-sehabisnya tenaga. Tertidur beberapa jam, ternyata  sang istri ingin lagi menambah kebaikannya. Pukul 4.00 subuh ia jagakan lagi sang suami.

“ha... nio mambunuah den kau...ndak talok jo den lai do...,” ujar buya mambana.

Sang istri pun terpaksa tidak bisa meneruskan niatnya. Untuk sementara sang istri belum bisa lebih banyak memerdekakan budak.

Give Is the Best Communication


Memberi adalah komunikasi yang terbaik.

Pesan ini berawal saat seorang anak yang kedapatan mencuri obat di apotek. Ia telah beberapa kali mengambil obat untuk ibunya yang sakit. Ketiadaan uang untuk membeli obat menjadi pilihannya sehingga ia berani mencuri.

Akibat perilakunya, ia dimaki-maki oleh sang pemilik di depan umum. Selain itu, kepalanya pun ditoyor-toyor oleh pemilik apotek.

Hingga akhirnya datanglah seorang pemilik rumah makan. Pria paruh baya tersebut mencoba melerai kemarahan sang pemilik apotek. Ia lantas bertanya, apa penyebab sehingga anak ini dimarahi.

“Ia telah mencuri obat dari tempatku berulang kali. Aku kesal dibuatnya,” katanya murka

“Baik, biarlah aku yang bayar semua obat yang dicurinya.”

Kemudian pria tersebut memanggil anaknya untuk mengambilkan semangkuk sup panas untuk si anak tadi yang dibantunya. Kemudian obat tadi dimasukkan ke bungkusan sup.

Anak kecil malang mendongak cukup lama ke arah pria yang telah membantunya. Lalu ia berlari pulang.
Tiga puluh tahun setelah itu, pria yang pernah menolong tersebut jatuh sakit. Biaya pengobatan di rumah sakit sangat mahal. Untuk membayarnya, sang anak terpaksa menjual kedainya.

Anak gadis pria itu tampak sedih. Ia bingung bagaimana cara membayar biaya pengobatan di rumah sakit untuk ayah tercintanya.

Esok harinya, saat sang gadis tengah tidur memangku tangan di tempat ayahnya berbaring, ia diberi struk pembayaran semua biaya rumah sakit. Alangkah terkejutnya sang anak karena biaya semua pengobatan ayahnya adalah 0 Baht.

Pada kertas struk tersebut, terselip catatan bahwa biaya rumah sakit itu telah dibayar 30 tahun lalu dari sebungkus sup dan obat.

Ternyata, dokter yang menangani sang ayah adalah seorang anak yang dulu telah dibantu sang ayah ketika ketahuan mencuri obat di apotek.

Cerita ini dikemas dalam tayangan sebuah iklan operator seluler di Thailand. Banyak penontonnya yang terinspirasi dan terharu menyaksikannya.

Tayangan ini menjadi sebuah iklan yang menawan sehingga membuat banyak penontonnya menangis.

Lupa


Lupa bagaikan penyakit sederhana tapi berdampak luar biasa.

Di tempat dinas saya di SMA Negeri 4 Pariaman ada seorang guru. Guru bidang studi PAI, bernama Mardison. Buya, begitu sapaannya, terkenal dengan tabiat lupanya. Namun, lupa demi lupa yang dialaminya menjadi cerita yang menggelikan.  

Bentuk-bentuk kelupaannya adalah sebagai berikut:
1.       Motor yang hilang. Akibatnya, beberapa hari buya tidak lagi mengendarai kendaraan roda duanya.  Buya terpaksa jalan kaki ke sekolah yang kebetulan dekat dari kediamannya. Namun, tiba-tiba motor buya dtemukan. Ternyata, motor itu sudah tiga hari tiga malam terparkir di salah satu sudut sekolah. Buya lupa telah menaruh motor di sana karena memang tempatnya yang agak tersuruk.
2.       Kunci yang hilang. Buya memiliki kunci yang satu rangkai. Di dalamnya ada kunci rumah, loker, motor, dan sebagainya. Kejadiannya, ketika akan membuka loker di sekolah guna mengambil barang-barangnya, kunci tidak ditemukan. Buya tampak panik kala itu sebab hilangnya kunci loker juga akan berdampak pada kunci-kunci lainnya. Sekali lagi, karena lupa, kunci tersebut tidaklah kemana-mana. Kunci tersebut masih tersangkut di jok motornya.
3.       Jadwal keberangkatan pesawat. Buya melanjutkan studi S2 ke Jawa Tengah. Dalam masa studinya, Buya sekali sebulan pulang ke Pariaman. Pulang ke pariaman merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukannya. “Ambo sekali sabulan wajib pulang tu. Kalau ndak bahayo,’’ katanya sambil tawa. Singkat cerita, buya telah berada di bandara untuk berangkat ke Padang dan setelah itu ke Pariaman. Beberapa menit menunggu sambil duduk di bandara, dilihatnyalah jadwal yang ada di tiket. Ternyata buya baru sadar bahwa jadwal keberangkatan pesawatnya telah lewat, tepatnya kemarin. Ya buya telah terlambat satu hari haha....
4.       Lupa dengan istri. Saat itu buya mengantar dan menemani istri ke pasar. Sambil menunggu istri sedang belanja di pasar, buya pun membeli koran untuk dibaca. Setelah itu tanpa diduga, buya langsung pulang. Buya lupa bahwa sang istri masih di pasar.

Ya itulah sekelumit cerita mengenai kelupaan buya. Semoga kita mendapatkan pelajaran agar tidak lupa.