Mengusir Taranak



Sekolah tempat saya mengajar, halamannya luas. Di sekeliling sekolah itu ada perumahan warga. Kebetulan beberapa di antara penduduk itu memelihara kambing. Taranaknya tersebut tidak jarang masuk ke pekarangan sekolah untuk mamangsa tanaman yang ada. Akibatnya penghijaun yang direncanakan sedikit melambat oleh ulah binatang kaki empat ini.

Sering sih diusir, tapi tidak jaminan ia bakal tidak balik lagi. Kambing ini akan mengendap-endap lagi datang. Pernah saya coba usir dengan verbal saja, “hus hus hus” tapi tidak ngaruh. Menoleh saja tidak.

Namun tidak demikian bagi Afdal sang satpam. Dengan suara khasnya “hus hus haaaaa haaaaa” seketika kambing lari tunggang langgang keluar melalui gerbang.

“ha baa kok langsung larinyo dal?” tanya heran saya.

“inyo mode iko lo ma pak.” sembari menukar posisi duduknya.“Kambiang ko wak tangkok sekali, sudah tu wak pakiakan di pangka talingonyo tu ‘huss huss haaa haaaa’. Jadi lah direkamnyo suaro wak ko pak,” jelas afdal tertawa.

Saya pun geli mendengarnya.

Dapat diambil pelajaran bahwa untuk mengusir atau menghalau kambing syaratnya adalah:

  1. harus ada kambingnya,
  2.  Punya suara lantang, dan
  3.  Ada kemauan.

Sekian tips berharga ini. Silakan dicoba.

29/09/2014


Pengerahan dan Dikerahkan



Masih dengan kumpulan anak kecil kompleks yang sering main ke rumah.

Awalnya si Keke, Cici, dan Dedek yang main ke rumah. Seperti biasa si Keke langsung membuka pintu dan berujar “kakak.....” dan tidak lupa setelah itu ia bertanya “Ma abang kak?” sebuah tanya yang sudah menjadi kebiasaan ketika ia tiba.

Mereka hadir dan tertawa-tawa. Entah apalah yang mereka tawakan. Demi meredam keliaran mereka, saya suruh main di ruang tamu. Kebetulan di sana masih lapang, hanya ada karpet sebagai alasnya. Dan kebetulan juga di tempat ini memang disediakan meja kecil disertai pena dan kertas.

Mereka mencoba menggambar-gambar. Saya perhatikan sepertinya aliran gambarnya absurd. Sembari menggambar mereka juga nyanyi-nyanyi “Lihat kebunku penuh dengan bunga,” atau “bintang kecil” atau “pelangi-pelangi”. Mendengarnya, dalam hati saya bersyukur lantaran lagunya sesuai dengan usia mereka.

Kemudian melihat saya minum, si Keke, manusia yang paling atraktif di antara teman-temannya, juga meminta minum. saya pun memberi air gelas kemasan. Ternyata si dedek pun melakukan hal yang sama dengan si keke. Saya pun memberinya. Setelah itu, kebetulan ada permen sekotak, saya kasih juga satu-satu baik itu si keke, cici, dan dedek.

Setelah dikasih permen, mereka  pergi, kembali bermain di luar sana. Maklum anak-anak cepat bosan. Mudah jenuh bila tidak ada hal-hal baru.

Tapi rupono, mereka kembali datang ke rumah. Kali dengan pasukan yang lebih banyak. Kumpulan kurcaci ini saling bergandengan layaknya peserta demonstrasi menolak RUU Pilkada yang sedang hangat-hangat itu. Apa yang mereka lakukan demi permen. Setelah hajatan dipenuhi, mereka bermain-main di rumah kami.

Saya berpikir siapa dalang di balik semua ini. Pasti ada koordinasi kedatangan mereka. Kuat dugaan saya adalah si Keke. Untuk kepastiannya saya akan komunikasi dengan orang dalam dari salah seorang anak yang datang kemarin di rumah.

Dapat disimpulkan ternyata anak-anak sudah punya bakat dalam mengerahkan dan dikerahkan. Tapi terus terang saya senang karena mereka masih bisa diatur dan mau mendengar apa yang dikatakan. hahh ada-ada sajalah.

28/09/2014

Beruk Kalian Apakan?


Seorang guru di salah satu SMA N di Sikakap, Kepulauan Mentawai masuk ke kelas. Guru tersebut mengajar sembari menyelipkan cerita dan pertanyaan kepada para siswanya.  Kebetulan sang pendidik ini orang Pariaman.

Guru      : tahukah kalian, kalau di pariaman beruk dimanfaatkan untuk mengambil kelapa. Beruk itusendiri yang memanjat pohonnya dan tahu buah mana saja yang harus diambil.

Siswa     : ha yang benar itu pak? (tanya seorang siswa penasaran)

Guru      : iyalah. Beruk di sana diajarkan untuk patuh dan terampil mengambil buah kelapa yang matang. Sangat membantu pekerjaan manusia. Artinya beruk aja bisa diajar apalagi manusia kayak kalian ini.
Siswa-siswa tertegun dan sebagian tampak mangap memperhatikan cerita gurunya.

Guru      : Kalau di sini mengambil kelapa bagaimana?

Siswa     : kalau di sini kelapa ambil sendiri pak. Kami yang manjat pohonnya.

Guru      : nah itu lah kalian. Mulai sekarang kalian harus mencontoh orang pariaman yang memanfaatkan beruk untuk memetika kelapa.Terus kalau begitu beruk di sini kalian apakan?

Siswa     : di sini beruknya kami makan pak!              

Sang guru mendadak batuk-batuk .

18/09/2014

Mas(s)a



Suatu waktu pak rahmat terlibat obrolan hangat dengan temannya. Temannya itu bernama pak samsuar. Berikut dialognya.

Pak Samsuar      : pak rahmat, ambo iyo ndak bisa jadi anggota dewan do (seraya menggeleng).
Pak Rahmat        : ha baa tu pak Samsuar? (tanyanya penasaran)
Pak Samsuar      : ambo ndak punya massa do. Tapi yang pasti ambo punyo duo masa.
Pak Rahmat        : apo tu?
Pak Samsuar      : masalah ciek, tu masyAllah ciek.

Pak rahmat dan pak samsuar terkikik-kikik seperti itik tabang.

16/09/2014

Abang...... Kakak.....



Sebulan sudah kami tinggal di kontrakan baru di Pariaman. Tempatnya nyaman karena terletak di sebuah kompleks perumahan yang tidak terlalu luas. Bila sore banyak anak yang bermain di jalan kompleks. Usia mereka bervariasi dan yang paling besar saya kira masih tingkat SD. Bahkan suara-suara mereka terdengar juga sesekali di malam hari selepas magrib.

Beberapa di antara mereka, Keke dan Dedek yang berusia kira-kira 3-5 tahun-an main ke rumah kami.Namanya anak-anak, dua bocah ini lasak main-main di rumah. Keluar masuk sambil lari-lari dari pintu ke pintu di rumah.

Mereka datang dengan suara lantang riang gembira. Saya cukup senang dengan kehadiran mereka. Namun, kehadiran mereka cukup menggelikan saat anak-anak lucu ini memanggil saya dan istri dengan sapaan “abang” dan “kakak”. Mendengar panggilannya itu membuat batin saya berujar tawa, “abang kakak? Keceknyo kos-kosan lah wak di siko.”

13/09/2014