Doa (2)



Memintalah kepada Allah karena Allah senang dipinta

Doa adalah semacam kendaraan yang mengantarkan harapan manusia. Tidak hanya untuk kebutuhan individu, tetapi ada baiknya juga berdoa untuk orang lain. Sebab ada keuntungan  dibalik mendoakan orang lain tersebut. Berikut beberapa kebaikannya:

  1.  Sekaligus mendoakan diri sendiri
  2.  Sebab dikabulkannya doa-doa selanjutnya
  3. Mengasah empati
  4. Juga akan didoakan orang lain
  5. Menimbulkan efek penenang

Demikanlah semoga penjelasan ini sedikit menambah pengetahuan kita bersama. Mudah-mudahan kita menjadi orang tidak pernah absen untuk berdoa. Aamiin.

26/11/2014

Pertanyaan Si Miskin, Kaya, dan Pejabat



Ada semacam pertanyaan golongan manusia bila itu dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan atau status sosialnya. Contohnya kalimat tanya yang berikut ini. 

Si Miskin
: Apa yang mau dimakan besok?

Artinya si miskin belum tentu bisa makan pada esok hari. Belum ada jaminan bagi mereka apakah bisa memenuhi kebutuhan perutnya hari ini, esok, ataupun lusa. Hal ini disebabkan keadaan ekonomi yang benar-benar sulit.

Si Kaya 
: Dimana mau makan besok?

Maksudnya si  kaya mengalami kebingungan, tempat mana lagi yang akan dikunjungi untuk makan. Soalnya hampir semua restoran, cafe atau rumah makan yang sudah didatangi.Hal ini dikarenakan keuangannya yang berlimpah sehingga saat ingin makan selalu di luar rumah.

Si Pejabat
: Siapa yang akan dimakan besok?

Dengan kata lain, si pejabat hidup dengan pola kanibal. Mereka bisa makan bila harus mengorbankan orang lain terlebih dahulu bahkan mereka bisa memuaskan hasrat gaya hidupnya sehari-hari.

Itulah sedikit simpulan mengenai tiga kelompok oknum manusia di dunia ini.
Menurut Anda apakah ada lagi golongan tertentu yang dapat direpresentasikan dalam bentuk pertanyaan?

13/11/2014
               
               
               

Tidak Cuci Tangan



Sekumpulan mahasiswa tengah makan di sebuah restoran ternama di kota padang. Di antara mereka masih ada yang gugup lantaran baru kali pertama masuk dan mencicipi makanan ala orang kaya tersebut. Maklum mahasiswa kan biasanya dalam memenuhi perutnya cukup dengan makan mie rebus atau beli nasi sayur saja plus rokok sebatang terus kenyang.

Makanan yang dihidangkan di restoran makannya pakai alat, yakni sendok, garpu, atau pisau. Nah ada salah seorang mahasiswa yang tidak biasa pakai alat makan tersebut. Ia begitu asing makan bila harus pakai sendok dan garpu.

“Ndak pueh wak rasonyo do,” begitu pengakuan Tambudin kepada temannya.

Tambudin pun langsung menyuap makanan yang telah tersaji. Cuma masalahnya ia tidak mencuci tangan terlebih dahulu ketika menyuap santapannya itu. Cukup dengan bismillah kemudian batutuah melumat segala yang ada di atas meja. Entah lapar atau memang lapar sekali si Tambudin ini.

Selang beberapa saat kemudian acara makan-makan pun selesai. Tambudin sebagai urutan pertama selesai. Kayaknya sistem lulur saja. Tidak ada istilah kunyah- mengunyah. Mungkin kalau bisa berbicara lambungnya, tentu akan keluar sumpah serapah kepada Tuannya karena harus kerja rodi setiap hari mencerna setiap makanan yang langsung dilulur sang Tuan.

Setelah makan ia pergi ke belakang. Kemudian ia kembali ke tempat duduk. Ia terlihat mengelap tangannya dengan kain lap yang ada di meja. Ternyata ia tidak mencuci tangannya lagi selepas makan.
Teman dekatnya yang tahu dengan perangai si tambudin pun heran.

“baa latona paja ko ko,” katanya dalam hati.

Kemudian bertanya, “hoi yuang baa ndak cuci tangan ang ko. Kumuah nah ang mah.”

Si Tambudin langsung melirik kiri kanan. Ia dekatkan kepalanya kepada temannya itu. Seraya memelankan suara ia berujar, “aden ndak tahu tempat cuci tangannyo do.”

“lah sudah wak.”

09/11/2014


Kolam



Dua warga yang berbeda kampung terlibat sahut-sahutan. Asal usul yang berlainan mempengaruhi komunikasi lantaran berbeda penggunaan bahasanya. Perbedaan bahasa inilah yang sesekali menimbulkan salah paham. Contohnya kejadian berikut ini.

Bujang
: inyiak ijan ka sinan ado kolam.
Inyiak
: kolam-kolam aaa ko ha satarang ko hari.

Inyiak terus berjalan. Tidak memedulikan suara si bujang yang menurutnya mengada-ngada. Dari kejauhan inyiak sesekali membalikkan badan melihat si bujang yang teriak-teriak. Samar-samar ia mendengar suara tetangganya itu.

Tak lama kemudian si inyiak malang terperosok dan basah kuyup.

Inyiak
: kancxxxxxx bujang.....iko ndak kolam do. Iko tobek namonyo ko.
Bujang
: iyo tadi lah den kecean inyiak taruih juo. Tarang ka tarang juo kecek inyiak. Ha barandam
lah inyik di sinan.

Dan inyiak pun tak bisa menyimpan rasa kesalnya. Kemudian ia bangkit dari tabek menuju kembali ke rumahnya. Bujang pun menghilang dari pandangan.

Itulah variasi bahasa. Kata “kolam” menurut si bujang bermakna “tabek” bagi inyiak. Namun inyiak salah paham yang mengira bahwa “kolam” itu artinya gelap padahal tidak. Oleh karena itu, penting juga setiap manusia memahami khasanah bahasa dengan seksama. Itu.

05/11/2014


Terhindar Tilang

Sebagaimana biasa,Buya Mardison setiap pagi mengantar anak semata wayangnnya ke sekolah. Buaya eh maaf buya yang juga disapa Tuanku ini membawa anaknya pakai motor. Nah biasanya, beliau bila mengantarkan anak gadisnya ini berpakaian yang sederhana yakni baju koko dan bawahannya kain sarung.

Sesekali ada kejadian manakala buya harus berurusan dengan polantas. Beliau di minta berhenti lantaran tidak memakai helm. Barangkali jarak sekolah anaknya yang dekat dengan rumah menjadi alasannya. Lagi pula sehari-hari buya memang pakai kopiah saja. Gak mungkin dong kopiah dan helm dipakai bersamaan.

Polantas               : (sembari memberi hormat)Maaf pak, bapak tahu kesalahan bapak?
Buya                    :Salah? Apo tu pak?
Polantas              : Bapak tidak mengenakan helm. Bisa tunjukkan SIM bapak?

Tensi Buya berangsur naik.

Buya                    :SIM lo yang apak tanyo? Basarawa se indak ambo do ha.
Polantas              :Kalau tidak bisa menunjukkan SIM, motor bapak kami bawa ke kantor”
Buya                    :Baok lah dek apak. Tapi iyo pinjam lo motor apak tu. Paja ko lah talambek ha. Beko
jo apo lo ambo pulang?

Polantas tak bisa apa-apa. Daripada motornya yang dibawa sang buya, lebih baik tidak jadi saja ditilang.
Lalu pernah juga suatu waktu buya membawa istrinya ke pasar. Beliau pakai helm semantara istrinya tidak. Diberhentikan lagi dong. Tapi dengan polantas dan tempat yang berbeda.

Polantas                 :maaf pak, tahu alasan diberhentikan?
Buya                      :ndak tahu do pak. Apo tu?
Polantas                :penumpang yang bapak boncengi tidak mengenakan helm.
Buya                   : ndeh takaja-kaja nah tadi mah pak. Jadi ndak sempat pakai helm. Iko urang rumah ambo mah pak.

Polantas                 : apapun alasannya tidak bisa pak. Helm adalah standar keamanan pengendara. Kalau begitu kami tilang saja ya pak?
Buya                      : manga lo ditilang pak. Kini giko se lah. Yang ndak pakai helm kan urang rumah ambo ko. Ha tilang selah inyo pak. Ambo ndak tahu do. Ambo kan lah pakai helm.

Polantas                 : tidak bisa pak!
Buya                      : baa lo ka indak bisa. Pokoknya apak tanggung jawab dih. Ambo pai lu.

Melihat gelagat serius buya yang ingin meninggalkan istrinya, sang polantas pun tidak jadi menilang. Polantas mempersilakan buya dan istrinya pergi saja.Daripada repot-repot.
30/10/2014