- Aku diperlihatkandalam perjalanan kerja di pagi hari, lepas melintasi jembatan kayu, di nagari ulakan. Aku melihat seorang ibu mendekap anaknya yang sedang belajar—Sepertinya belajar menulis menunaikan PR-nya. Saat belajar si anak sudah mengenakan seragam putih merahnya. Di meja panjang itu sang ibu memegang jari-jari, menuntun anaknya menggoreskan garis; lekukan membentuk beberapa huruf. Aku tersenyum bersama kalbuku menangkap peristiwa itu. Aku masih disempatkan saja melihatnya, padahal kecepatan motorku lumayan tinggi.
- Pada lain waktu, kala sore hari, aku melihat seorang anak dan ibunya berjalan di trotoar jalan sudirman. Sang anak tampaknya baru pandai berjalan dan memiliki keingintahuan yang tinggi. Ia penasaran ingin tahu apa yang ada di balik pagar SD Yos Sudarso itu. Ia berkeras hati untuk melihat dan memastikan kendati ibunya tengah menggandeng tangannya cukup erat. Namun sang anak mencoba menarik pegangan ibunya. Kemudian ia memanjat pagar tersebut yang kebetulan ada sedikit dinding yang menjadi pijakannya. Lepas ia menunaikan hasratnya, ia terpaku lama menatap apa yang menjadi rasa penasarannya sambil memegang besi pagar yang ukurannya dua kali lipat tangannya.
- Lalu masih di trotar. Orang tua muda tengah menggandeng kanan dan kiri tangan anaknya, yang seperti baru pandai berjalan. Kebetulan ada lubang menganga di depan meraka. Spontan sang orang tua menganggkat tangan anaknya dan melompati lubang tersebut. Orang tua itu tampak senyum ceria dengan apa yang baru saja mereka lakukan bersama.
- Lain lagi pada waktu salat Jumad. Aku dibuat terisak. Ada seorang ayah yang memangku anaknya ketika khatib naik mimbar. Sang anak akhirnya tertidur di pangkuan. Ketika iqamat berkumandang, sang anak tidak juga bangun dari tidurnya. Dengan kasih sayang yang tiada tara, sang ayah melaksanakan salat, tidak berdiri, tapi dengan bersimpuh sembari tetap memangku anaknya. Dialah satu-satunya jemaah yang tidak berdiri menunaikan salat jumad kala itu. Aku benar-benar terisak dengan pandangan itu. Untuk pertama kalinya sepanjang salat aku tersedu-sedu, dadaku sesak. Begitulah kasih sayang orangtua kepada anaknya.
- Ketika singgah di sebuah warung, di depannya ada sekolah dasar. Lepas dahaga meminum air mineral yang saya beli, aku melihat ibu membonceng anaknya dengan sepeda tiba di pintu gerbang sekolah. Sang anak turun, anak itu tampak bergegas, selang beberapa detik, si ibu memanggilnya. Saat anak menghampiri, si ibu dengan kasih sayangnya memicit hidung anaknya yang ada hingusnya. Si ibu memastika agar hidung anaknya bersih dari salemo.
Alam benar-benar
menggerakkan pandanganku
Meluluhkan
hatiku dengan panglihatan-penglihatan itu
Inderaku
kian mudah tersentuh
Apalagi istriku
telah kerap bermimpi indah tentang kehadiran buah hati yang dirindu
12/10/2014
No comments:
Post a Comment