Gaya bahasa kerap
kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaannya dapat kita ketahui dari lisan
maupun tulisan. Gaya bahasa bila didefenisikan adalah cara khas seseorang dalam
menyampaikan informasi yang dimaksudkan. Dengan arti lain, dalam berkomunikasi
si penutur menentukan pilihan kata supaya menimbulkan efek. Ketika gaya bahasa
dimanfaatkan, ucapan dari penutur akan memunculkan nilai rasa tertentu bagi pendengarnya.
Ada berbagai gaya
bahasa yang kita kenal salah satunya majas. Majas besar manfaatnya apabila
tepat digunakan oleh pengguna bahasa. Sebagai contoh, untuk menjaga perasaan
dari lawan bicara, digunakanlah majas eufemisme. Majas eufemisme adalah
penggunaan kata-kata yang bertujuan menghaluskan penggungkapan agar lebih sopan
terdengar. Seperti untuk mengatakan kata “bodoh”, digunakan pilihan kata “kurang
pandai”; “dipecat” diganti dengan “PHK”; “kenaikan harga sembako” dihaluskan dengan kata-kata
“penyesuaian harga sembako”.
Untuk mendapatkan
kesan humor dapat menggunakan majas klimaks. Majas klimaks berisi kalimat
pernyataan dari makna yang dianggap kecil hingga besar; dari yang terendah ke
tertinggi; mulai yang pendek ke yang panjang; kemudian bermuara pada kesimpulan
yang berlawanan atau yang tidak sesuai dengan dugaan si pendengar. Contoh, “Jangankan
10 rb, 100 rb, 1 jt, bahkan 1 milyar pun aku berikan padamu jika aku punya.”
Contoh lainya, “Jangankan rumah, apartemen, bahkan istana pun mampu aku buat
jika aku sanggup.”
Lalu, agar di
sekeliling penutur lebih hidup dan bermakna, apalagi untuk menambah suasana
yang romantis, dapat digunakan majas personifikasi. Majas personifikasi adalah
pemberian sentuhan kepada benda-benda mati dengan sifat manusia. Contoh, “ombak
yang bertingkat-tingkat saling mengejar menuju pantai cinta kita”; “rembulan
pun tersenyum melihat kita berdua”; “semilir angin bernyanyi menghibur para
pekerja yang tertidur pulas di bawah pohon mangga”.
Akhir kata, tentu
masih banyak majas lain yang dapat digunakan dalam komunikasi. Komunikasi yang
memanfaatkan pemakaian majas akan menambah khasanah berbahasa itu sendiri.
Pembicaraan yang dihasilkan akan lebih variatif. Pada akhirnya hubungan antara
pembicara dan pendengar pun dapat berjalan menarik akibat dari pilihan bunyi-bunyi
bahasa yang indah. Kemudian secara tidak langsung akan mengasah pembicara
ataupun pendengar dalam mengolah nilai-nilai rasanya.