Sabtu, 5 Januari 2013, bioskop Raya, Padang. Ada pemutaran
film Habibie & Ainun. Warga Padang tampak antusias menonton. Hal ini
dilihat dari antrean panjang saat membeli tiket. Di antara banyak dan padatnya di sana, saya dan istri menjadi
salah satu pasangan yang hadir.
Tiba gilirannya, pukul 17.30 WIB, kami dan penonton lainnya
masuk ke bioskop, berdesakan pula itu. Saya duduk di nomor G5 dan G6. Lumayan
di tengah lah. Yang lain ternyata masih banyak salah menempati kursinya. Tak
tahulah apa sebabnya.
Sekejap saya putarkan
pandangan ke sekeliling ruang. Pandangan saya terhenti di belakang atas. Di
sanalah tempat operator memutar film dengan berbagai perangkatnya itu.
Tiba-tiba saya menerawang ingat masa kecil di Duri. Papa saya
pernah bekerja di balik pemutaran film-film. Dulu beliau adalah operator film
di movie kompleks caltex. Saya ingat betul, walaupun tidak rinci, bagaimana
bentuk aktivitasnya di atas sana. Sebab saya sering nonton di ruang operator
tersebut sambil menemani papa. Jadilah saya penonton yang paling tinggi
duduknya. Saya menonton bertopang dagu, mencogokkan sedikit kepala di jendela
kecilnya. Seru juga dan saya merasa beruntung karena saya bisa mengetahui
langsung proses kerjanya.
Jadi, gambar atau tayangan raksasa yang kita tonton di
bioskop itu berasal dari kumpulan pita film. Pita itu seperti film negatif kodak yang dipergunakan pada
kamera lama. Film itu terputar dengan alatnya yang dipantulkan dengan
pencahayaan.
Pita film itu bisa terdiri atas 2 -3 rol atau gulungan.
Setiap satu rol berakhir diputar, rol tersebut dikeluarkan dari alatnya.
Kemudian rol yang telah dikeluarkan tadi diputar kembali dengan katrol secara
manual (diputar dengan tangan). Tujuan pita film itu diputar agar posisinya
kembali ke awal karena film itu akan
ditonton oleh penonton berikutnya.
Begitulah sedikit informasi yang saya ketahui. Saya menyesal
tidak terlalu banyak menggali informasi ketika itu. Sehingga informasi yang
tertulis ini tidak begitu maksimal.
Maklumlah kala itu masih kecil he.he.