Sertifikasi guru menjadi program pemerintah yang katanya
bertujuan meningkatkan mutu guru. Melaluiguru diharapkan akan berimplikasi baik
dalam menunjang kompetensi siswa. Muaranya tentu saja akan menghasilkan
pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Kenyataannya jauh panggang dari api. Antara guru sertifikasi
dengan guru biasa yang belum sertifikasi sama saja (setidaknya ini terdapat di
sekolah saya). Tidak ada penampakan yang mencolok di antara keduanya.
Perbedaannya hanya terletak pada status. Masalah metode mengajar dan mendidik
serupa-serupa saja.Tak heran sertifikasi ini terbilang gagal.
Selain itu, program ini hanya sebatas seremonial untuk menambah beban guru. Buktinya dapat
dijelaskan dalam 3 dampak sistematis berikut.
1.
Guru semakin sibuk.
Sertifikasi secara nyata telah menyita
waktu guru dalam hal administrasi. Banyak bahan yang perlu dikejar untuk
dilengkapi agar status sertifikasi ini dapat dicapai. Mulai fotokopi-fotokopi
SK, sertifikat, legalisir, dan surat ini itunya.Timbul pertanyaan apakah ada
kaitannya antara kesibukan administrasi inidalam mencapai kualitas guru? Saya
yakin tidak ada relevansinya. Ada baiknya guru ini murni diberikan
pelatihan-pelatihan supaya bertambah keterampilannya. Dengan demikian, bertambah
juga kamampuan mengajar dan mendidiknya sehingga kinerjanya bagus.
Setiap guru sertifikasi yang kurangjam
mengajarnya dari 24 jammesti berupaya mengatasinya. Caranya mencari sisa jam
tersebut ke sekolah-sekolah lainnya. Timbul kesan para guruseperti pengemis
yang meski mencari kian kemari untuk melengkapi kekurangan jamnya. Nah di
sanalah permasalahannya sebabakan terjadi penolakan-penolakan lantaran adanya
perebutan jam mengajar antarguru. Apalagi sampai mengorbankan guru honor
sehingga jamnya tergerus oleh guru sertifikasi ini.
Sertifikasi secara nyata telah mempengaruhi
watak para guru. Karena banyaknya syarat yang mesti dipenuhi, sementara waktu
guru yang padat, dikhawatirkan timbul penyimpangan-penyimpangan. Penyimpangan
ini tidak hanya terjadi pada guru, tetapi juga segala lini. Mulai dari tingkat
atas hingga bawah. Mulai dari pemangku kebijakan, dana-dana, dsb.
Dengan kata lain, tujuan pemerintah ini tidak sesuai dengan
harapan. Solusinya adalah berikan saja tunjangan layaknya remunerasi.
Sebagaimana yang diketahui remunerasi ini didapat tanpa ada syarat-syarat
administrasi yang berliku.
Saya yakin dengan pelatihan-pelatihan plus tunjangan yang
memadai guru-guru akan berhasil dalam menciptakan pendidikan yang lebih baik. Jangan
lagi memberi tunjangan tapi syarat dan kesulitannya berjibun minta ampun. Guru
itu banyak tugasnya dan juga banyak anak didiknya. Janganlah sampai dipersulit
urusannya dan bahkan disunat hak-haknya Sebab tidak sepantasnya guru
diperlakukan seperti itu.
29/03/2014
No comments:
Post a Comment