Lindawati kerap dijodohkan dengan albert. Bila kedua orang
ini berada di tempat dan waktu yang sama, pasti teman-teman menggalakkan ,
mengusili, dan menyinggung mereka.
Albert ini mempunyai watak polos lagi lugu. Sedangkan
lindawati ceplas-ceplos, spontanitas, dan apa adanya. Mengingat karakter albert
itu, lindawati kerap menghayalkan sesuatu bila mereka memang berjodoh. Dan
imajinasinya ini tak terduga.
Inilah hayalannya:
Suatu ketika jalan ke pasar, tiba-tibalindawati dipukul
orang kepalanya. Tentu setiba di rumah lindawati mengadu kepada sang suami.
Dengan harapan sang suami bisa menenangkan dan bertindak sesuatu terhadap masalah
yang dihadapi lindawati, sang istri.
“Uda, kapalo linda dilapak jo urang di pasa tadi,” katanya
mengiba seraya meraba-raba kepalanya.
“Dilapak? Kan ndak baa-baa do kan?” jawab suami kalem.
“ndak berang uda ka urang yang malapak tu do!?”
“sabar se lah diak. Ndak baa-baa tu do beko....
Lindawati memotong ucapan suaminya. Dengan nada semangat 45
ia menggantungkan asa.
“yo beko uda lapak nyo lai yo. Sipak gadangan ciek da.
Berangannyo da. Masak kapalo linda murah se digituannyo,” tukasnya berapi-api.
Mendengar ucapan suaminya, lindawati tak mampu menahan
geramnya. Ia kecewa dalam. Ia pun terkulai letoi kayak kardus mie yang terendam
air rebusan lontong.
Ternyata apa yang menjadi harapan hanya tinggal harapan. Berharap
sang suami dapat membalaskan dendamnya, ternyata cuma disikapi dingin bahkan
dengan reaksi alakadarnya.
Nah inilah yang dikhawatirkan lindawati jika memang
bersuamikan albert. Sebuah kekhawatiran yang berangkat dari imajinasi yang
tanpa dasar.
Ada-ada saja.
30/03/2014
No comments:
Post a Comment