Bebarapa bulan belakangan ini saya sudah beralih kendaraan
menuju Pariaman. Sebelumnya saya mengendarai motor. Tapi sejak diberitahu
teman-teman ada kereta api dengan fasilitas kenyamanan yang baik (full ac
dan terjamin kebersihannya) akhirnya saya memutuskan menumpang kereta api.
Apalagi ongkosnya yang terjangkau yakni Rp2500 untuk semua jarak.
Menumpang kereta api memberikan pengalaman baru buat saya.
Saya dan penumpang lainnya bisa melihat pemandangan sepanjang perjalanan
melalui kaca jendela. Perbukitan, sawah, kebun, sungai, dan perkotaan menjadi
sajian yang memanjakan mata.
Namun ada dua pemandangan yang menjadi favorit tersendiri
buat saya:
1. Anak-anak kecil. Mereka tampak selalu antusias bila melihat
kereta api lalu. Tak jarang mereka melambaikan tangan dan berteriak-teriak
histeris meluapkan rasa senangnya.
2. Kebun ubi. Saya selalu tertarik dengan hijaunya daun ubi
yang berjejer rapi ditanam petani. Alasannya karena memang saya penggemar sayur
pucuk ubi. Teman-taman, seperti Ria dan Lita yang sudah paham dengan kesenangan
saya itu, sering memberi tahu saya agar tidak melewatkan pandangan dari kebun
ubi tersebut.
Di samping itu, ada juga kejadian lucu yang saya temui
semenjak menjadi penumpang setia kereta api:
1. Tiket Padang ke Pariaman hanya Rp2500. Penumpang dikenakan
biaya yang sama kendati melewati beberapa stasiun. Jadi, dekat atau jauhnya
tujuan penumpang, bayar tiketnya tetap Rp2500. Untuk itu, penumpang biasanya
bila membeli tiket hanya mengatakan jumlah tiket yang dibeli, apakah satu, dua,
atau tiga tiket. Namun, beda dengan salah satu penumpang, bapak yang satu ini.
Ia masih saja membeli tiket dengan menyertai tempat tujuannya sekaligus, “tiket
diak. pariaman duo.....”
2. Ada juga penumpang yang tidak sadar di urutan gerbong berapa
ia duduk. Karena ketidaksadarannya itulah, terjadi peristiwa yang agak
merugikan dirinya sendiri. Ceritanya ia ingin pindah ke gerbong di belakang
dengan alasan yang tidak diketahui. Petugas pun lewat. Ia langsung meminta sang
petugas untuk membuka pintu gerbong berikutnya. Dan sang petugaspun mengiyakan
dengan senang dan antusias. “Nio pindah juo ka balakang? Capeklah,” kata
petugas sumringah. Petugas dan penumpang tadi pun berjalan menuju gerbong yang
dimaksud. Ternyata dan ternyata tidak ada lagi gerbong yang dituju. Tempatnya
sekarang merupakan gerbong paling akhir. Si penumpang pun takanceh hehe.
“ ha cepeklah jadi pindah?” Kata petugas. Dengan langkah cuek dan malu si
peumpang kembali ke tempat duduknya. Dan si petugas hanya tersenyum-senyum.