Lain lagi pengalaman selanjutnya. Masih dari Pak Rahmad. Ini terjadi di sebuah
pabrik yang latarnya masih di Mentawai. Mandor pabrik itu orang cina atau warga
keturunan tiong hoa lah lebih formalnya. Aksen cinanya masih kental sehingga
ada beberapa huruf yang dilafalkan berbeda. Hal ini tidak jarang menimbulkan
salah persepsi ketika berkomunikasi dengan karyawannya apalagi dari orang
minang.
Suatu ketika si mandor yang dipangil Cip ini menegur
karyawannya yang duduk santai saja saat
bekerja.
“Hei.. lu duduk-duduk aja ha...lu kowntol tu mesin ha,”
tegur si mandor.
“Kowntol?” kayawan terkejut dengan ucapan sang mandor.
“Cip, kowntol tu ini
Cip,” kata karyawan sambil menunjuk bagian selangkangnya.
“Apa lu bilang? Ha.... lu porno wo...” sang mandor sengit.
Beberapa karyawan yang mendengar ucapan si Cip hanya bisa
nyegir-nyengir. Padahal maksud si mandor adalah “kontrol”. Namun, karena
pengucapan huruf yang tidak lengkap, ujaran yang disampaikannya menimbulkan
salah tafsir bagi karyawan-karyawan yang ditegurnya.