Cerita ini dikutip dari obrolan dengan Pak Kua di sela istirahat main
badminton. Beliau mengatakan sewaktu penataran Kepala KUA
se-Indonesia di Asrama Pondok Gede Jakarta selama sebulan, terselip sebuah kisah. Kisahnya seperti berikut yang telah
mengalami penyesuaian.
Seorang suami yang pulang dari luar kota. Suami ini telah sebulan
lamanya meninggalkan istri dan anaknya karena ada penataran. Sebulan tentu
sangat rindu akan anak apalagi dengan sang istri. Untuk melepas “keriduannya”,
dibawalah kacang dan jagung khusus untuk anaknya yang masih kecil. Tujuannya mengalihkan
pikiran sang anak, asyik sendiri, dan supaya tidak mengganggu ayah dan ibunya
yang akan menjalankan niat itu.
Tanpa diduga kacang dan jagung habis sekejap mata. Namun, sang ayah
tidak habis akal. Ia belikan layang-layang. Masalah pun teratasi karena akhirnya
sang anak pergi dari rumah guna main layang-layang.
Tidak lama berselang ternyata layang-layang pun putus. Anak kembali ke rumah. Celakanya sang
bapak sedang “di atas” pula. Anak ini pun
masuk ke kamar dan langsung naik ke pundak ayahnya. Tapi sang ayah kali ini tidak memedulikan lantaran sudah terlanjur. Sang ayah
terus bergoyang ria. Akibatnya beberapa kali sang anak jatuh kemudian
naik lagi dan jatuh berulang kali.
Anak pun menjadi heran,
kenapa ayahnya tidak jatuh-jatuh. Padahal goyangannya cepat penuh semangat. Dilihatnyalah ke
bawah seraya membungkukkan badannya. "Ooo pantas papa nggak jatuh-jatuh ya, ternyata ada
pakunya," ujar sang anak polos.
Hahahaha kami pun tertawa terpingkal-pingkal mendegarnya.
Dapat dipetik pelajaran bahwa seorang suami memang benar-benar tidak
dapat jauh dari istri. Apalagi berlama-lama. Terima kasih kepada semua istri yang
telah menjaga dan melayani suaminya dengan taat. Dan kepada sang anak,
pahamilah orang tuamu. Tidak berada di dalam rumah dalam waktu tertentu, itu
saja sudah cukup. Sekarang tinggal bagaimana menanamkan pemahaman tersebut
kepada anak yang masih kecil. Selamat mencoba.
07/11/2013