JANGANLAH cemburu seperti itu Tialopa hanya karena tidak ada
namamu di blogku. Namamu tetap ada, tapi terpatri dalam di hatiku cie cie
ciek elah....
Kamu tahu sedalam apa? Bukan sedalam palung atau samudra,
tapi sedalam gelas. Gelas aia aka yang sering aku bayarkan untukmu. Maklum aku
kan dulu merangkap sebagai sahabat dan bapak angkat buat kamu dan teman-teman
lainnya.
Baiklah akan aku coba menambang tentang dirimu itu.
Tialopa seorang guru bidang studi Bahasa Inggris. Sekarang
merantau ke Perawang, Riau. Ia mengajar di salah satu bimbingan belajar di
sana. Katanya para siswanya terdiri dari beragam latar belakang etnis, seperti
batak, cina, dan melayu. Dan sepengetahuanku ia disayang benar oleh
siswa-siswanya itu. Aku tidak tahu apa indikatornya. Kuat dugaan karena kasihan
aja kali. Maklum wajahnya menggambarkan kepedihan. Sebuah kepedihan yang
mendalam akibat jauh dari sang kekasih. Suaminya, Kiki, berada di Pasaman
sehingga dengan terpaksa mereka menjalani asmara jarak jauh. Istlahnya BBJJ: Balaki
Babini Jarak Jauh.
Apalagi ya....
Oya, wanita Sungai Lendir ini tipe orang yang ......(silakan
isi titik-titik tersebut sendiri) dengan kata-kata yang bersayap, puitis,
tersirat, dan gelap. Sehari-hari bahkan menggunakan ragam literer. Kamu tahu
arti ragam literer? silakan red Tesaurus atau KBBI karena aku sendiri
lupa. Maafkan aku yang agak alpa ini.
Padahalkan dalam komunikasi dikenal dengan prinsip:
berbahasalah yang baik dan benar. Namun, ia langgar prinsip itu. Contohnya saja
dulu ketika rapat-rapat di Ganto, ia menyampaikan pendapatnya terus memakai
kata dan kalimat yang literer tadi. Aku heran dengan forum terutama junior yang
angguk-angguk saja. Ntah paham atau memang cara mereka untuk menahan muntah
mendengar si Tialopa berbicara. Tapi sayang, aku tidak punya kutipan untuk lebih
meyakinkan dalam tulisan ini.
Singkat cerita, Tialopa memang sosok yang bijak lagi kontroversial
menurutku. Di satu sisi ia tampak seperti orang cuek, tapi tidaklah cuek.
Terlihat tegar, tapi rapuh. Apalah itu deskripsinya ya? Hmmm tolong dibantu aja
lah ya. Dan sepertinya hal tersebut diperoleh dari tekanan dalam diri sendiri yang
dialaminya saat ini. Hal itu “terpampang nyata” dari tweet2nya yang mengandung
keresahan dan kerinduan.
Menurutku ini semacam tantangan hidup yang harus dijalani
Tialopa. Dunia menghadirkan keadaan yang tidak baku ternyata. Terkadang
orang-orang di sekitar heran. Namun, mereka tidak sadar bahwa heran mereka juga menimbulkan keheranan buat kita. Sekarang
tinggal bagaimana kita konsisten berikhtiar dan berdoa kemudian mengakhirinya
dengan indah.
Terus bejuang Tialopa. Aku pun demikian.
“Super salam. Itu.”
10/11/2013