Sabtu (21/12) usai dari sekolah menyelesaikan input nilai
rapor, saya dan pak rahmat singgah dulu di UPT KonservasiPenyu. Kebetulan di
sana ada lita yuliana, makanya kami ke sana.Setiba di tujuan, langsung saja
saya meneruskan niat mengambil pasir di pantai, tepatnya di belakang kantor
UPT. Pasir itu saya gunakan untuk saringan air di rumah.
“Ondeh lah disadioannyo sadonyo ha manga ndak lu ambiak seh
di sekolah,” kataLita sambil tertawasaat melihat kantong-kantong kresek yang saya
keluarkan dari tas. Lita merasa geli saja karenamengapa harus jauh-jauh
mengambil pasir dan di Pariaman pula. Pak rahmat pun demikian, senyam-senyum
sendiri kayak baru saja melihat suri.
Saat saya ke pantai, pak rahmat dan lita ikut menemani.
Mereka ikut nimbrung ketika saya mengeruk pasir demi pasir, terutama lita yang
sambil memegang kantong kresek yang saya bawa.
Setelah ambil pasir, kami duduk di teras kantor UPT tersebut.
Berbicara banyak hal tentang perkembangan politik di sekolah. Mulai dari nilai
siswa, evaluasi pemilihan waka, PKG, dan tentang salah seorang waka nan
kotroversial.
Selain itu, juga bercerita tentang sepupu-sepupu si Aga
(anak pak rahmat) dari anak mamaknya yang kebanyakan laki-laki. Hal ini sangat
prinsipil karena berkaitan dengan garis keturunan di sumatera barat yang
disebut matrilineal. Pokoknya sampai ke istilah diambil-ambil dan untuk-untuk
mereka keluarga di sana.
Dari teras kami beralih ke dalam kantor. Saya dan pak rahmat
diajak lita melihat foto-foto. Tampak foto penyu, pelepasan penyu, jejak-jejak
penyu setelah bertelur, aktivitas di pulau kasiak, dan penanaman terumbu karang
buatan.
Ngobrol lama, masuk pak cik sang kepala UPT. Ia pakai kaos
dan celana jeans pendek. Tidak berpakaian dinas karena memang hari sabtu.Dari
teras tadi saya sudah melihat akivitasnya yang mengaduk semen, air, dan pasir
untuk membeton palang nama baru yang ditegakkan di depan kantor. Berdasarkan pengamatan
itu, saya dan pak rahmat berkesimpulan bahwa pegawai di sini kerja serba bisa.
Sebuah keistemewaan yang jarang terdapat pada dinas-dinas lainnya.
Memperhatikan kegiatan pak cik tersebut, langsung saja pak
rahmat bercerita. Pak rahmat memang pantang melihat karena otomatis akan terpanggil
memorinya. Apalagi kalau bukan pengalamannya di mentawai. Ia menuturkan pernah
membuat kamar mandi, bak mandi, dan wc di tepi pantai. Membuatnya coba-coba
pula. Namun, berkat coba-coba beruntungnya berhasil. Kesulitannya hanya pada
memasang keramik wc. Tapi kesulitan itu dapat teratasi berkat tanya-tanya
dengan para tukang setempat.
Saya dan lita senyum-senyum saja. Kami memang sudah tahu
berbagai keterampilan yang dimiliki pak rahmat. Kompleksitas kemampuan pak
rahmat ini pun sudah pernah saya tulis. Klik di sini.
Oh ya kembali pada kehadiran pak cik. Ia ambil air gelas
kemasan, mereknya aijes kalau nggak salah, dan menyilakan minum.Selain air
minum, pak cik juga berbaik hati memberi saya dan pak rahmat stiker. Setelah
itu, terlibatlah tukar tanya informasi tentang konservasi penyu laut. Menurut
pak cik perjalanan penyu itu menempuh tiga tempat yang meliputi lokasipakan,
perkawinan, dan bertelur. Masing-masing tujuannya ini jaraknya sangat
berjauhan.“Misalnya bisa saja tempat pakannya di laut meksiko, kemudian tempat
bertelurnya di indonesia,” jelas pak cik sambil menghisap rokok sampoernanya. Lalu
pak pak cik menambahkan bahwa dari perjalanannya tersebut akan terus
ditempuhnya tanpa tersesat dari jalur yang ditempuhnya semula.
Kemudian sifat penyu ini individu. Ia mengarungi samudra
hanya sendiri,kecuali ketika terjadi perkawinan. Namun, setelah itu penyu-penyu
kembali berpisah seolah mempunyai kehidupan sendiri-sendiri.Sifat lain penyu
adalah meninggalkan telur-telurnya begitu saja. Setelah berterlur ia lantas pergi
tanpa melihat dan memedulikannya lagi.
Mengenai telur penyu, masa produktif penyu itu
ketikamenginjak umur 20 tahun. Sebuah waktu yang relatif lama.Setiap bertelur
penyu mampu menghasilkan 100 butir telur. Meski banyak, telur penyu ini
terancam dari sasaran biawak, anjing, dan tentu saja manusia. Faktor produktif
yang lama dan predator yang setiap saat mengancam inilah yang menjadi alasan
utama mengapa penyu wajib dilindungi.
Selain telur, penyu memang diburu untuk dimakan dagingnya,
diambil cangkang dan kulitnya.Cangkangnya dipakai untuk bingkai kacamata. Salah
satu produksinya berada di jepang, tapi sekarang perusahaannya sudah ditutup.Begitu
juga dengan kulitnya yang bisa dibuat pernak-pernik gelang.
Konsumsi penyu ini marak terjadi terutama di Bali.Mereka
memakannya bersama-sama karena sudah menjadi agenda adat setempat. Namun,
setelah usaha dari 2001 s.d 2008 santapandengan menu penyu
ini dibatasi di bali. “Jadi jika ingin mengonsumsi penyu harus punya surat izin
dari kepala adat setempat,” ujar pak cik.Dengan adanya surat tersebut, konsumsi
penyu sudah diizinkan tapi hanya diperbolehkan maksimal dua ekor.
Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Rahmat. “Di mentawai
ada satu kebanggaan bagi mereka untuk mengonsumsi penyu. Mereka makan secara
bersama-sama.”
Menurut pak cik semua ini terjadi lantaran memang tidak
tegaknya hukum. Pak cik memberikan contoh sebagaimana yang ada di pantai muaro
padang. Telur penyu dijual secara terang-terangan. Namun tidak tersentuh oleh
penegak hukum. Padahal menjualnya telah jelas-jelas melanggar hukum. Pak cik
menduga polisi tidak serius menangani lantaran kurang berminat. “Bukanlah
sebuah kasus yang menarik buat polisi,” ungkap pak cik kecewa.
Lantaran banyaknya tamu yang mulai berdatangan ke UPT, pak
cik keluar. Selesai jugalah acara ota-ota kami. Kami pun beranjak pulang ke
kota masing-masing. Pak rahmat ke sungai sariak dan saya ke padang.Sementara
lita tetap di tempat yang barangkali ingin melanjutkan kerja pak cik tadi untuk
mengaduk semen dan pasir.
25/12/2013
1 comment:
Lewat mention @lita_ajaa, nama pak cik sebenarnya adl Aditur Citrha
Post a Comment