Dengan berat hati saya menulis lagi hal ini atau Saya
menulis lagi hal ini dengan berat hati. Terserahlah pilih yang paling nyaman
buat angku-angku yang membacanya.
Siapa lagi kalau bukan Mr. Yung Kanun Dalang alias YKS eh
salah YKD yang menjadi lakon. Pemuda Polonia initelah ditakdirkan untuk keliru
sepanjang hari. Untuk itu, kalau boleh saya usulkan, YKD ini diangkat saja menjadi
Bapak Keliru sebagaimana adanya bapak koperasi, bapak ekonomi, bapak
pendidikan, bapak kedokteran, dan bapak-bapak di bidang lainnya. Karena kekeliruannya
sudah semakin meluas, merambah seluk-beluk tubuh serta lingkungannya. Dan ini sudah
menjadi lifestyle agaknya atau bahkan sudah menjadi keliruisme. Sebuah
paham yang dianutnya entah dari kapan mulanya.
Ok lah kalau begitu langsung saja pada pokok persoalan.
Senin malam (15/12) ia dan boy teman
kosnya, ke rumah saya guna mengembalikan helm yang dipinjamnya minggu siang. Kami
mengobrol sebentar di depan pintu rumah. Bercerita ia yang ke Sijunjung
menyantap durian dan mengunjungi tambang batu bara. Juga berkisah ia tentang
nikmatnya mandi air panas di Solok. Nah nah nah mengenai mandi air panas inilah
terjadi kekeliruan itu. “ndee ndak talok den doe angek aianyo,” katanya seperti
orang menggigil.
Aneh bukan? Mandi di kolam air yang panas, tapi gestur
kakinya layaknya orang yang kedinginan. Goyang-goyang manggaretek.
Berganti tema.
Kemudian saat membahas tentang Rumah Sakit Yos Sudarso, entah
kenapa langsung pikirannya ke Sutioso. “Oo yang gubernur jakarta tu yo,” ungkapnya
serius.
Gubernur jakarta? Apa hubungannya YKD GAYUANG MARTABAK???
Termenung sepersekian detik saya dengan responnya itu. Kok ka sutioso painyo tanya
saya dalam hati. Untunglah ia lekas sadar dan sekaligus menyadarkan saya. Jika
tidak, akan terjadi yang tidak-tidak. Hm hm tidak-tidak saja.
Sekian cerita keliru ini. Sepertinya ini akan terus terjadi.
Dan tulisan ini akan menjadi serial yang akan berlanjut-lanjut.
17/12/2013
No comments:
Post a Comment