Makan Mie Berbuah Cerita



Jumad sore (13/12) sepulang dari Pariaman, saya singgah ke kos yung kanun. Rencananya kami mau makan gulai kambing di by pass. Lantaran hari sudah sore tentu batal.

Menjelang magrib saya dan yung ke kos ulvi. Kosnya masih di tempat yang lama. Ngobrol-ngobrol ingin tahu kabar si ulvi karena sudah lama tak bersua. Hanya sebentar karena sudah azan. Di penghabisan azan saya dan yung kanun balik ke kos yung kanun. Keluar dari halaman kos ulvi, ada anjing setempat yang menyalak sambil mengejar saya dan yung. Meski naik sepeda motor, saya juga terkejut. Saya pilin gas motor secepatnya. Yung kanun yang phobia anjing, terpekik-pekik dan meremas pangkal lengan saya.Puncat sekali tampaknya dia.Padahal yung kanun telah diwasiatkan oleh ayahnya bahwa anjing yang penyalak bukanlah penggigit. Kebetulan sang ayah adalah mantan ketua PORBI (Persatuan Olahraga Buru Celeng, Kondik,dan sinonim lainnya). Jadi kalau urusan tabiat dunia peranjingan tentu sudah paham. Namun, yang namanya phobia ya tidak ngaruh.

Lepas salat magrib di kos yung, kami termasuk ulvi juga, melanjutkan pertemuan dengan makan mie rebus di tempat biasa di  jalan hamka di samping sol sepatu. Mahasiswa ataupun mantan mahasiswa UNP pasti tahulah lokasinya. Pesan mie tiga, teh telur dua, dan teh manis satu. Teh telur dipesan yung dan ulvi, sedangkan teh manis saya. Saya terkejut ternyata ulvi doyan juga minum teh telur. “Vi acok mah pasan teh talua di siko, tapi dek sagan vi bungkuih se baok pulang,” akunya.

Sambil makan dan minum kami bertukar tanya menggali informasi. Ulvi sudah menjadi asisten dosen Pak Alwen (ketua lemlit) sekarang. Ia berkisah mahasiswanya yang suka copy paste mengerjakan tugas.Lalu tentang rencana pernikahannya pada januari tahun depan dan proses menunggu kelulusannya menjadi dosenPNS di UNP. Katanya, calon dosen di jurusannya,diperebutkan oleh tiga orang, sedangkan  yang diminta hanya satu. Tiga orang itu: ulvi, arul (pacarnya), dan satu lagi anak medan. Meski tiga kandidat untuk jadi dosen, ulvi sedikit khawatir bila terjadi kongkalikong atau deal-deal tertentu yang melibatkan anak medan ini dengan orang dalam. Tapi ulvi pasrah saja. Yang namanya rezeki gak kemana.

Yung kanun pun tak kalah dalam bercerita. Dengan wajah innocent, lugu-lugu kayak umang-umang, ia mengatakan banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Ia mengaku menjadi tempramen sekarang. Gampang marah di tempat kerjanyasehingga banyak mahasiswa yang takutberhadapan padanya. Sampai-sampai waktu itu yung kanun terlihat sedang santai, hanya main hp di kantor, tapi mahasiswa itu ragu-ragu. “nde...beko se lah ndak, bang yasman tu sadang sibuk mah kini,” pesan mahasiswa tersebut kepada teman-temannya. Yung hanya tertawa mendengarnya.Bukan mahasiswa saja, bahkan dosen pun segan-segan ngeri dengan pegawai TU ini.

Pernah juga ada suatu kejadian ketika mahasiswa nonreguler, ibu-ibu paruh baya, yang ingin menumpang tas di kantor jurusan. “Oo ndak bisa do buk. Masakkantua jurusan tampek menumpang tas,” ujarnya berkerut-kerut kening kepada ibu-ibu itu. Meski mahasiswa-mahasiswa lapuk itu membana-bana, yung tetap pada pendiriannya. Padahal ia duduk kala itu.

Namun, yung kanun juga pilih-pilih untuk marah. Kalau mahasiswa cantik yang masih gadis-gadis tentu lain hal. Bila kaum ini yang menumpang tas, otomatis wajah yung kanun sumringah.Lunak giginya daripada gusi eh lidahmaksudnya. Dengan senang hati yung kanun mengizinkan dan menyurukkan tas-tas tersebut di balik meja dalam kantor.

Akhir cerita, yung kanun membayar semua biaya makan dan minum. Terhitung 3 mangkuk mie, 2 gelas teh telur, 1 gelas teh manis, dan 7 bungkus kerupuk. Total harganya saya lupa, mendekati Rp50 rb lah. Wah terima kasih yung. Yung kanun memang orang kaya. Soalnya sebagai pegawai TU,selain gaji, ia pun dapat selipan dari setiap dosen per bulannya. Untuk itu, yung kanun didaulat sebagai PENTRAKTIR TETAP dengan masa jabatan seumur hidup.

16/12/2013


No comments: