Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita (cerpen,
novel, hikayat) melalui tokoh serta penokohan yang diciptakannya. Sudut pandang
ini meliputi kata ganti aku, dia, mereka, dan nama tokoh.
Sudut pandang terdiri atas 1)orang pertama pelaku utama,
2)orang pertama pelaku sampingan, 3)orang ketiga serbatahu, 4)orang ketiga
pelaku utama, dan 5)orang ketiga pelaku sampingan.
1) Orang pertama pelaku utamaditandai dengan kata
“aku” atau “saya“. Dalam sudut pandang ini tokoh “aku” atau “saya” terlibat
dominan dalam alur atau plot cerita. Dengan kata lain, pelaku mengalami betul
kejadian yang menimpanya.
Contoh:
Tak sempat kusadari secepat terkaman macan akar, secara amat
mendadak, Pak Mustar telah berdiri di sampingku. Wajahnya yang dingin putih
menyeringai kejam. Aku menjejalkan pijakan langkahku untuk melompat tapi
terlambat. Pak mustar merenggut keras kerah bajuku, menyentakku dengan keras
hingga seluruh kancingku terlepas. Kancing-kancing itu berhampuran ke udara,
berjatuhan gemerincing. Aku meronta-ronta dalam genggamannya, menggelinjang dan
terlepas!
-Sang Pemimpi karya Andrea Hirata-
2) Orang pertama pelaku sampinganartinya tokoh “aku”
atau “saya”di sini berperan sebagai pengantar dan penutup cerita. Tokoh “aku”
hanya sepintas dilibatkan sementaratokoh utamanya adalah orang lain. Tokoh
orang lain itulah yang diceritakan oleh tokoh “aku”berdasarkan pikiran dan
pengamatannya.
Contoh:
Itulah
Maria, gadis paling aneh yang pernah kukenal. Meskipun aku sudahcukup banyak
tahu tentang dirinya, baik melalui ceritanya sendiri saat tak sengajabertemu di
metro, atau melalui cerita ayahnya yang ramah. Tapi aku
masihmenganggapnya aneh. Bahkan misterius. Ia gadis yang sangat cerdas. Nilai
ujianakhir Sekolah Lanjutan Atasnya adalah terbaik kedua tingkatnasional Mesir.
Iamasuk Fakultas Komunikasi, Universitas Cairo. Dan tiap tingkat selalu meraih
predikat mumtaz
atau cumlaude. Ia selalu terbaik di fakultasnya. Ia pernahditawari
jadi reporter Ahram, koran terkemuka di Mesir. Tapi ia tolak. Ia lebihmemilih
jadi penulis bebas. Ia memang gadis Koptik yang aneh. Menurutpengakuannya
sendiri, ia paling suka dengar suara azan, tapi pergi ke gereja tidakpernah ia
tinggalkan. Sekali lagi, ia memang gadis Koptik yang aneh. Aku tidaktahu jalan
pikirannya.”
-Ayat-ayat Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy-
3) Orang ketiga serbatahu yakni pengarang menggunakan
sudut pandang “dia”, ”ia”, ataupun “nama tokoh”. Pengarang dapat mengisahkan
apa sajayang menyangkut tokoh “dia”, “ia” termasuk pikiran, perasaan ataupun
motivasi dari tokoh. Tidak hanya itu, narator pun mahatahu dengan sikap dan
perilaku semua tokoh dalam cerita.
Contoh:
Mas Karnoe merogoh saku celana bahannya. Mengeluarkan tiga
lembar uang lima ribuan. Satu lembar kembali ia masukkan ke dalam saku celana goyangnya
itu; untuk ongkos pergi besok.
“Budhe, gorengannya dua kantong ya, campur aja.” Ia membeli
buah tangan.
“Ini mas,” ia sedikit berdiri dari tempat duduknya
memberikan dua kantong gorengan dan menyambut dua lembar kertas bergambar wajah
Tuanku Imam Bonjol.
“Makasih Budhe.” Kemudian mas Karnoe melanjutkan perjalanan
menuju rumahnya.
Jelan tanah berwarna merah di sebelah kanan gerbang stasiun
terhampar luas dan di sisi-sisinya berbaris tiang-tiang listrik tegangan tinggi
seperti tak berujung, jalan inilah yang akan disusuri kaki-kaki lelahnya. Sang
istri telah menunggu di rumah.
-Karnoe karya Jombang Santani Khairen-
4) Orang ketiga pelaku utama. Sama halnya dengan
orang pertama pelaku utama, bedanya pengarang menggunakan tokoh“dia”, “ia”, dan
nama tokoh dalam ceritanya. Orang ketiga ini menjadi pusat cerita yang
mengalami langsung segala peristiwa dalam alur/plot.
Contoh:
Tak perlu
waktu lama bagi Zahrana untuk mendapatkan pekerjaan baru. Dari seorang teman ia
mendapatkan informasi bahwa STM Al Fatah Mranggen, Demak, sedang membutuhkan
seorang guru baru yang profesional untuk mendongkrak prestasi. STM Al Fatah
berada di payung Yayasan Pesantran Al Fatah. Pesantren besar yang terkenal di
Mranggen. Ia mengajukan lamaran dan hari itu juga ia diterima.
Kepala
sekolahnya yang masih keturunan pendiri Pesantren Al Fatah sangat senang.
Pengalaman mengajar Zahrana ketika mengajar di FT universitas swasta terkemuka
di Semarang adalah jaminan kualitas.
Sejak hari
itu Zahrana mengajar siswa-siswa yang sebagian besar adalah santri. Ia berusaha
mendalami kultur dan budaya santri. Sebab sejak kecil ia belum pernah menjadi
santri sama sekali. Ia merasakan nuansa yang berbeda antara mengajar santri dan
mengajar mahasiswa. Ada tantangan tersendiri mengajar santri yang masih banyak
menganggap ilmu eksak tidak penting, yang menganggap "ilmu umum"
lainnya juga tidak penting.
-Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy-
5) Orang ketiga pelaku sampinganyakni pengarang
menggunakan tokoh “dia”,”ia” atau nama tokoh untuk mengisahkan pelakulain dalam
peristiwa yang melibatkan “dia”, “ia”, atau nama tokoh tersebut. Sentral cerita
dalam berbagai kejadian adalah orang lain yang dikisahkan oleh orang ketiga
pelaku sampingan ini.
Contoh:
Julia tahu Sandra dan entah berapa
puluh lagi gadis seuniversitinya yang telahjatuh hati kepada Ariffin. Tetapi
Ariffin tidak pernah mahu ambil tahu tentang itu semua.Dia pastinya tidak mahu
mengambil tahu jika terdapat tulisan “Ariffin is so cute!” didalam tandas
perempuan tingkat 3 di universitinya...
Ariffin mempunyai wajah yang manis.
Dia mempunyai ketinggian mencecahenam kaki dengan susuk tubuh yang tegap dengan
kulit sawo matang yang nampak bersihdan terjaga. Apa yang membuat beberapa
gadis di universitinya tertarik kepadanya adalahmatanya yang tajam bak burung
helang dan senyumannya yang mampu membuatkan hatidan jiwa mereka cair. Untuk
seorang anak muda yang baru mencecah usia 20 tahun,Ariffin mempunyai wajah yang
matang seperti seorang pemuda berusia pertengahan umur20-an. Sifat pendiam
Ariffin membuat mereka lebih tertarik kepadanya...
-Cinta Nasi Lemak karya Nizam Zakaria-
Demikianlah penjelasan mengenai jenis-jenis sudut pandang
ini. Semoga dapat menambah wawasan anda dalam dunia kepengarangan. Tidak hanya
sampai disitu, sudut pandang ini juga bagian materi yang diberikan dalam Ujian
Nasional sehingga dapat pula dijadikan pedoman atau bahan diskusi antara guru
dan peserta didik.