Teringat lagi saya dengan zulfahmi. Ia salah seorang siswa
saya dulu di kelas X. Ketika belajar, ia sanantiasa menyahut-nyahut. Segalanya
ditanggapi dengan gaya bahasanya yang khas ala penduduk naras. Dan selama ia
berujar, saat itulah saya tertawa. Bisa diperkirakan 90% dari ucapan yang
terlontar dari mulutnya membuat saya tertawa begitupun temannya seisi kelas. Dalam
hati kecil, saya senang dengan keberadaannya.
Sekarang ia sudah kelas XI IS 4. Kelas ini termasuk yang
masuk siang PBMnya. Dan tidak lagi saya yang mengajarnya.
Pernah ia berniat untuk pindah ke kelas IA.Dan itu tidak
akan mungkin karena ISlah yang sesuai dengan kemampuannya. Namun, ia punya
alasan. Dalihnya sangat menggelitikkan.
“Pak wak nio pindah ka kelas IA. Tolong wak ciek pak,”
pintanya.
“Manga pindah?” tanya saya heran.
“Wak nio masuak pagi pak. Bosan wak masuak siang taruih.”
“Hahahaha pindah bia masuak pagi?ado-ado seh fahmi mah. Ndak
bisa do. Bisuak semester 2, IS ko masuak pagi mah. Saba lu.”
Tapi ia masih saja dengan pendiriannya. Pertimbangannya yang
ingin pindah karena jadwal IA masuk pagi membuat saya terpingkal-pingkal.Tiap
bersua dengannya, memori ini kembali mengingatkan alasannya itu. Saat itulah
saya tersenyum-senyum geli.
Sampai sekarang ia masih berada di kelas IS. Akhirnya,
keinginannya untuk bisa belajar pagi akan terwujud pada minggu ke-2 januari
semester ini.
Menurut saya Fahmi memang unik dan bisa dikatakan makhluk
langka. Untuk itu, ia perlu dibudidayakan dan dibina. Menurut anda?
10/01/2014
No comments:
Post a Comment