Satu lagi keistimewaan yang dimiliki pak rahmat. Hal ini
terungkap ketika makan bersama saat istirahat siang. Bila sedang makan
berkumpul ini, pak rahmatlah yang siap sedia menerima sejumlah samba
yang tidak disukai teman-teman. Contohnya bila ada jengkol, cubadak,
terong, dll yang kebetulan tidak digemari, tinggal ditransfer saja ke tempat
makan pak rahmat.
“Ikolo untuang makan basamo ko. Bisa bagi-bagi samba wak,”
kata pak rahmat.
Misalnya saja ketika dapat jatah bungkus nasi yang pada
umumnya ada jengkol, para rekan secara sukarela satu per satu mengantarnya ke
bungkus nasi pak rahmat. Sang waka kurikulum ini pun menampungnya, tidak lagi dengan
hanya tangan terbuka, tapi sampai kaki, wajah, perut, lutut juga ikut terbuka
menerimanya. Artinya semua organ tubuhturut mengiyakan dengan bahagia.
Jadi itulah keuntungan makan bersama ini. Bila makan dengan
pak rahmat, di antara kami tak ada lagi istilah mubazir. Semua nasi dan samba
akan habis tak bersisa. Bahkan bila kertas dan daun pisang bungkus nasi itu
boleh disantap, pak rahmat pun mungkin bersedia menerimannya.
Hahaha just kiding.
09/01/2014
No comments:
Post a Comment